RAWA JOMBOR
Rawa Jombor yang dulunya merupakan perkampungan yang rawan terjadinya banjir. Ada sebuah mitos yang berkembang di masyarakat tentang adanya ular berkepala manusia yang memiliki mahkota di Rawa Jombor
Esposin, KLATEN -- Penataan dan revitalisasi Rawa Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten jalan terus. Rawa Jombor Klaten diproyeksikan menjadi kawasan objek wisata yang menawan, bahkan berpotensi menjadi warisan dunia.
Rawa Jombor dulunya perkampungan di tanah rendah yang dikelilingi perbukitan. Lokasinya yang sangat rendah, air tak bisa terbuang dari perkampungan itu. Lantaran terus menerus tergenang, rumah warga mulai dipindahkan di tepi waduk atau tanah tegalan di sekitarnya.Penamaan Rawa Jombor terkait erat dengan lokasinya yang berupa daerah rawa. Lokasi tersebut dulunya diketahui sering tergenang air. Sedangkan Jombor diyakini merupakan nama lama di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat.
UMBUL MANTEN
Umbul Manten berlokasi di Desa Janti,Polanharjo
Menurut kisah yang beredar, dahulu kala di sekitar Umbul Manten ada sepasang pengantin baru yang dilarang orang tuanya keluar malam saat magrib sebelum 40 hari pernikahannya.
Aturan tersebut sangat dipercaya oleh masyarakat sekitar dan menjadi adat atau kebiasaan masyarakat desa yang selalu dijaga. tetapi sepasang pengantin baru tersebut melanggar aturan yang telah menjadi adat dan kebiasaan itu.
Mereka keluar rumah menjelang magrib. Keduanya berjalan mesra, kemudian suami berjalan dahulu diikuti oleh sang istri. Saat mereka berjalan-jalan, istrinya lenyap begitu saja dan begitupun dengan suaminya.
Keluarga dan warga yang mengetahui hal tersebut, kemudian mencari keberadaan sepasang pengantin baru itu. Namun, mereka tidak bisa ditemukan sama sekali dan sejak saat itu masyarakat sekitar menyebutnya sebagai Umbul Manten
KYAI DAN NYAI MELATI
Cerita Kyai dan Nyai Melati juga dianggap sebagai sumber terpercaya yang diakui sebagai cikal bakal kampung dan asal muasal nama Klaten,
Konon Kyai dan Nyai Mlati yang merupakan abdi dalem Keraton Mataram tinggal di sebuah kampung bernama Sekalekan.
Kyai dan Nyai Mlati ditugaskan oleh raja untuk menyerahkan bunga Melati dan buah Joho untuk menghitamkan gigi para putri keraton (Serat Narpawada, 1919:1921). Guna memenuhi kebutuhan bunga Melati untuk raja.
Kyai dan Nyai Mlati bekerja dengan menanami sawah milik Raden Ayu Mangunkusuma. Ia merupakan istri Raden Tumenggung Mangunkusuma yang saat itu menjabat sebagai Bupati Polisi Klaten, yang kemudian dipindah tugaskan istana menjadi Wakil Patih Pringgalaya di Surakarta. Namun tidak ditemukan sumber sejarah tentang akhir riwayat Kyai dan Nyai Melati, begitupun silsilah keduanya juga tidak diketahui. Bahkan penduduk Klaten juga tidak ada yang mengaku sebagai keturunan dua sosok ini. Hal tersebut yang menjadi alasan Cerita Kyai dan Nyai Melati masih menjadi perdebatan hingga saat ini. Di sisi lain, sejarah Klaten juga dapat ditelusuri dari keberadaan candi-candi, baik candi Hindu maupun Budha dan barang-barang kuno peninggalan sejarah.
Asal-usul atau sejarah tempat ini adalah diceritakan pada jaman dahulu ada satu abdi Kerajaan Wirata bernama Sidagora.
Pada masa itu, Sidagora tengah melakukan perjalanan spiritual yaitu mengantarkan Pangeran Pathohah yang tengah terluka meninggalkan Kerajaan Wirata dan singgah di Jimbung. singkat cerita Pangeran Pathohah mendapat kesembuhan ketika para abdinya bertapa di Jimbung ini dan pada akhirnya mendirikan Kerajaan Jimbung.
Namun karena sebab tertentu, Pangeran diharuskan menyembunyikan kerajaan Jimbung ini ke alam gaib, dan kali kuning dibedah sehingga menggenangi istana dan menjadi Rawa Jimbung (Rawa Jombor).
Umbul Ponggok merupakan wisata mata air yang terletak di desa Ponggok,Klaten,Jawa Tengah. wisata mata air yang dimanfaatkan menjadi objek wisata, pemandian, dan selam permukaan. Kolam Umbul Ponggok berukuran panjang 70 m dan lebar 40 m, mata air terletak pada dasar kolam dan terus mengalirkan air sehingga kolam Umbul Ponggok cenderung jernih. Pada dasar kolam terdapat ikan dan batu-batuan sehingga kolam Umbul Ponggok kerap digunakan sebagai lokasi foto dibawah air. Mata air yang mengaliri wilayah Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, dan Kota Surakarta ini diinformasikan oleh Badan Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional merupakan salah satu luaran resapan dari Sungai Kauman yang terbentang dari Gunung Merbabu hingga Kecamatan Jatinom.